Latest Games :

Label

Review Games

Slider(Do not Edit Here!)

Latest Post

Juknis SLPTT Padi Gogo

Jumat, 19 Oktober 2012 | 0 komentar


Untuk para penyuluh pertanian yang memerlukan petunjuk teknis mengenai SLPTT Padi Gogo bisa anda download bukunya di bawah ini :
1. Petunjuk Teknis PTT Padi Gogo 2008
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4




















2. Petunjuk Teknis PTT Padi Gogo 2011
Download di SINI


Silahkan baca juga artikel masalah Padi Gogo berikut ini :
Budidaya Padi Gogo
Efektivitas Jamur (Beauvaria bassiana) Dalam Mengendalikan Uret Pada Padi Gogo
Mengendalikan Hama Uret Pada Padi Gogo.ppt
Direktorat Perlingungan Hortikultura
Continue Reading

Daftar Link Pertanian

Minggu, 01 April 2012 | 0 komentar

Berikut ini merupakan beberapa link pertanian yang bisa anda akses untuk memperoleh informasi :

Departemen Pertanian RI http://www.deptan.go.id/

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura http://www.litbanghortikultura.go.id/

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Plasma Nutfah http://plasmanutfah.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan http://www.puslittan.bogor.net

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan http://perkebunan.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan http://peternakan.litbang.deptan.go.id

Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian http://pse.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat http://www.soil-climate.or.id

Lembaga Riset Perkebunan Indonesia http://www.ipard.com

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Pasca Panen Pertanian http://pascapanen.litbang.deptan.go.id

Balai Besar Pengembangan dan Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian http://www.indobiogen.or.id

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian http://bp2tp.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Padi http://balitpa.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat http://www.balittro.go.id

Balai Penelitian Ternak http://balitnak.litbang.deptan.go.id

Balai Penetian Agroklimat dan Hidrologi http://balitklimat.litbang.deptan.go.id

Balai Penelitian Veteriner http://www.balitvet.org/

Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) http://pfi3p.litbang.deptan.go.id/

Harga-Harga Komoditas Pertanian
Continue Reading

Arsip

Jumat, 30 Maret 2012 | 0 komentar

Continue Reading

Penyusunan RDK dan RDKK

| 0 komentar

PENYUSUNAN RENCANA
Tata Cara Penyusunan RDK dan RDKK
1. Rencana Definitif Kelompok
Rencana Definitif Kelompok sebagai rencana kegiatan kelompoktani untuk 1 (satu) tahun yang berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani.
Rencana defenitif kelompok disusun dengan tahapan sebagai berikut:
  • Pertemuan pengurus kelompoktani yang didampingi olehPenyuluh Pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDK.
  • Pertemuan anggota kelompoktani dipimpin oleh Ketua Kelompoktani yang didampingi penyuluh pertanian untuk membahas, menyusun dan menyepakati rencana kegiatannya dalam pengelolaan usahatani antara lain ;pola tanam, sasaran areal tanam, sasaran produksi, sarana produksi dan permodalan, teknologi usahatani,jadwal kegiatan, pembagian tugas.
  • RDK dituangkan dalam bentuk format (terlampir) yang ditandatangani oleh ketua kelompok dan menjadi pedoman bagi anggota kelompoktani dalam menyelenggarakan kegiatan usahataninya.
Materi RDK meliputi:
1) Pola tanam dan pola usahatani yang disusun atas dasar pertimbangan :
a. Aspek teknis, meliputi; agroekosistem dan teknologi;
b. Aspek ekonomi, meliputi ; permintaan pasar, harga,keuntungan usahatani;
c. Aspek sosial, meliputi ; kebijakan pemerintah, kerjasama kelompoktani dan dukungan
masyarakat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
2) Sasaran areal tanam dan produksi didasarkan atas;
a. Potensi wilayah kelompoktani;
b. Produktivitas dari masing-masing komoditi;
c. Kebutuhan konsumsi anggota kelompok dan permintaan pasar.
3) Teknologi usahatani,
a. Ketersediaan teknologi;
b. Rekomendasi teknologi;
4) Sarana produksi dan permodalan, didasarkan atas;
a. Luas areal usahatani kelompoktani;
b. Teknologi yang akan diterapkan;
c. Kemampuan permodalan anggota kelompoktani;
5) Jadwal kegiatan, mengacu kepada rencana kegiatan usahatani;
6) Pembagian tugas disesuaikan dengan kesediaan dan kesepakatan kelompok.

2. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK)
RDKK sebagai dasar rencana pengadaan dan pelayanan dariGAPOKTAN. Dalam pelaksanaan penyusunan RDKK mengacu kepada RDK masing-masing kelompok dengan tahapan sebagai
berikut:
  • Pertemuan pengurus kelompoktani yang didampingi oleh Penyuluh Pertanian dalam rangka persiapan penyusunanRDKK.
  • Pertemuan anggota kelompoktani dipimpin oleh Ketua Kelompoktani yang didampingi penyuluh pertanian untuk membahas, menyusun dan menyepakati daftar kebutuhan sarana produksi 6 tepat (tepat jenis, jumlah, waktu,tempat, harga dan mutu) yang akan dibiayai secara swadana maupun kredit dari tiap anggota kelompoktani.Daftar yang disusun akan berfungsi sebagai pesanan kelompoktani kepada GAPOKTAN. RDKK selesai paling lambat 1 bulan sebelum jadual tanam.
  • Meneliti kelengkapan RDKK dan penandatanganan RDKK oleh Ketua kelompoktani yang diketahui oleh Penyuluh Pertanian.
Materi RDKK terdiri dari
1) Jenis dan luas masing-masing komoditi yang diusahakan
2) Perhitungan kebutuhan:
a. benih
b. pupuk
c. pestisida
d. biaya garap dan pemeliharaan
e. biaya panen dan pasca panen
3) Jadual penggunaan sarana produksi (sesuai kebutuhanlapangan) Masing-masing kebutuhan
tersebut ditentukan jumlah maupun nilai uangnya dan diperinci yang akan dibiayai secara
swadana dan kredit.

Sumber : Bapeluh
Berikut contohnya :
Continue Reading

Geografis Kabupaten Garut

Sabtu, 24 Maret 2012 | 0 komentar

Letak Geografis
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur. Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19 km²) dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Bandung dan Sumedang
Selatan : Samudera Indonesia
Timur : Kabupaten Tasikmalaya
Barat : Kabupaten Bandung dan Cianjur

Klimatologi

Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan, sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC. Besaran angka penguap keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572 mm/tahun. Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah Australia yang terletak di tenggara.

Fisiografis
Secara Fisiografi daerah pemetaan Kabupaten Garut termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Zona Bandung.
a. Zona Pegunungan Selatan
Merupakan dataran tinggi (plateau) yang membentang dengan arah barat - timur mulai dari Teluk Pelabuhanratu sampai Nusakambangan dengan lebar kurang lebih 50 kilometer dan merupakan sayap geantiklin Jawa.
B. Zona Bandung
Merupakan suatu jalur pegunungan memanjang mulai dari Teluk Pelabuhanratu di sebelah barat, terus ke Sukabumi melalui Cimandiri, kemudian melalui Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya dan terakhir di Segara Anakan di pantai selatan Jawa yang telah hancur (rusak) sesudah atau selama pelengkungan pada Zaman Tersier. Zona ini secara geologi tidak mudah dibedakan terhadap Zona Bogor dan sebagian bear telah ditutupi oleh endapan Gunung api Resen. Zona ini di bagian utara maupun selatannya dibatasi oleh deretan gunung api.

Geomorfologi
Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen bentang alam, yaitu :
(1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara,
(2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km.

Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan melalui 2 (dua) pendekatan hipotesis, yaitu:
(1) Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam, khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktifitas volkanik yang berlangsung pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan, seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan Malabar-Tilu. Khusus di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
(2) Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktifitas penunjaman (subduksi) Lempeng Samudera Hindia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000°, sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis. Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar gunung.

Bentang alam daerah Kabupaten Garut dapat dibagi 4(empat) satuan morfologi yaitu : satuan morfologi kerucut gunung api, satuan morfologi perbukitan berelief kasar, satuan morfologi perbukitan berelief halus dan satuan morfologi pedataran .
A. Satuan Morfologi Kerucut Gunung api
Satuan ini menempati bagian puncak dari Gunung api Kracak, Gunung Cikuray dan Gunung Papandayan. Daerah ini mempunyai ketinggian diatas 2.000 meter dari > 40 %, berlembah sempit. Pola aliran sungai memancar (radier) bersumber dari puncak gunung, dengan ordo sungai 1, kerapatan sungai tinggi hingga sangat tinggi. Batuan penyusun satuan ini adalah lahar, lava andesit dan breksi vulkanik.
B. Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Kasar
Daerah ini mempunyai ketinggian antara 500 hingga 1.865. Karakteristik yang umum dijumpai pada satuan ini relief sangat kasar, berlembah sempit dan lereng terjal hingga curam. Kemiringan lereng berkisar antara 15 % hingga > 40 %. Pola aliran sungai berbentuk sub-dendritik dan sebagian sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini adalah endapan vulkanik tua yang terdiri dari breksi vulkanik, lava andesit, tufa gelas, bongkah bongkah andesit - basal.
C. Satuan Morfologi Perbukitan Berelief Halus
Sebagian satuan ini menempati bagian utara, tengah dan selatan daerah pemetaan. Dicirikan dengan kemiringan lereng berkisar antara 2 hingga 15 %, lembah - lembah agak landai dan sungai-sungai mempunyai gradien rendah hingga sedang. Pola aliran sungai mempunyai bentuk dendritik hingga sub-paralel. Batuan penyusun satuan ini berupa endapan volkanik muda dan endapan Tersier.
D. Satuan Morfologi Pedataran
Satuan ini menempati dataran Bandung, dataran Pangalengan dan dataran Garut. Bentangalamnya menunjukkan relief datar dan setempat landai dengan kemiringan lereng < 2 %, setempat lebih dari 15 %. Morfologinya menunjukan kontur sangat jarang hingga jarang, ketinggian dataran Pangalengan berkisar antara1.300 hingga 1400 meter, dataran Bandung berkisar antara 800 hingga 900 meter dan dataran Garut berkisar antara 700 hingga 800 meter diatas muka laut. Aliran sungai umumnya dendritik dan sebagian anastomatik. Batuan penyusun satuan ini berasal dari hasil rombakan batuan yang lebih tua dan diendapkan sebagai endapan alluvial dan kipas alluvial.

Hidrologi
Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 dan 101 anak sungai buah sungai dengan anak sungainya dengan panjang seluruhnya 1.403,35 Km; dimana sepanjang 92 Km diantaranya merupakan panjang aliran Sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungainya. Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukkan karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa Sungai Cimanuk menuju ke utara. Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola pengaliran sub-paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.

Kondisi Tanah
Jenis tanah komplek podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian yang paling luas terutama di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara didominasi tanah andosol yang memberikan peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur. Dilihat dari jenis tanahnya secara garis besar, jenis tanah di wilayah Kabupaten Garut meliputi jenis tanah aluvial, asosiasi andosol, asosiasi litosol, asosiasi mediteran, asosiasi podsolik, dan asosiasi regosol. Dimana jenis tanah tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat menjadi suatu potensi maupun kendala dalam pemanfaatan lahan tertentu. Berikut adalah sifat-sifat tanah berdasarkan jenis tanahnya di wilayah Kabupaten Garut:

Tanah Aluvial, jenis tanah ini secara umum tergolong ke dalam sub group entisols terbentuk pada daerah dengan bentuk fisiografi dataran banjir. Bahan-bahan endapan yang dibawa oleh sungai kemudian diendapkan dan terakumulasi pada daerah ini. Sifat-sifat tanahnya kemudian banyak dipengaruhi oleh jenis bahan endapan tersebut. Proses pengendapan yang berlangsung berulang-ulang menyebabkan tanah yang terbentuk berlapis-lapis. Khususnya pada daerah yang relatif dekat dengan sungai, lapisan-lapisan tersebut tidak mencirikan suatu horison tertentu. Lapisan-lapisan tanah tersebut umumnya bervariasi baik warna maupun distribusi besar butir bahan penyusunnya. Endapan yang pembentukannya dipengaruhi oleh aktivitas laut memiliki karakteristik yang lebih spesifik dari pada bahan yang terbentuk semata-mata hanya oleh endapan sungai.

Tanah Andosol, jenis tanah ini umumnya berwarna hitam, memiliki penampang yang berkembang, dengan horizon-A yang tebal, gembur dan kaya bahan organik. Sifat fisiknya baik, dengan kelulusan sedang. Sifat kimia sedang, peka terhadap erosi. Batuan asal adalah andesit, tufa andesit dan dasit. Di wilayah Indonesia pada umumnya, jenis tanah ini banyak terpakai untuk tanaman perdagangan karena kaya akan bahan organik, N dan K, tetapi miskin akan fosfor.

Tanah Litosol, jenis tanah ini biasa disebut “laterit”. Penampang umumnya tbal, tanah atasnya mengandung beberapa persen bahan organik. Berwarna coklat, kuning, hingga kemerahan. Bersifat berbutir, teguh, mantap, mengandung kaolinit, bersifat tidak

plastis, dan dapat diolah pertanian sepanjang tahun. Secara kimia tanah, jenis tanah ini miskin hara, pH rendah (4,5 – 5,0), unsur N miskin sehingga perlu pemupukan sempurna untuk pertanian. Jenis tanah ini bersifat meniris, tahan terhadap erosi.

Tanah Podsolik, jenis tanah ini bersifat gembur dan mempunyai perkembangan penampang. Cenderung tidak seberapa mantap dan teguh, peka terhadap pengikisan. Dari segi kimia, jenis tanah ini asam dan miskin, lebih asam dan lebih miskin dari tanah latosol. Untuk keperluan pertanian, jenis tanah ini perlu pemupukan lengkap dan tindak pengawetan. Untuk jenis tanah podsolik coklat biasanya dipakai untuk hutan lindung.

Tanah Regosol, jenis tanah ini terbentuk dari bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier. Bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung. Tanah Regosol belum jelas menempatkan perbedaan horizon-horizon. Tekstur tanah ini biasanya kasar, tanpa ada struktur tanah, konsistensi lepas sampai gembur dan
keasaman tanah dengan pH sekitar 6-7.

Tanah Mediteran, jenis tanah ini mempunyai lapisan solum yang cukup tebal, teksturnya agak bervariasi lempung sampai liat, dengan struktur gumpal bersudut, sedang konsisntensinya adalah gempur sampai teguh. Kandungan bahan organik umumnya rendah sampai sangat rendah.
Reaksi tanah (pH) sekitar 6,0 – 7,5. Kadar unsur hara yang terkandung umumnya tinggi, tetapi banyak tergantung kepada bahan induknya. Daya menahan air sederhana, begitu pula permeabilitasnya adalah sedang. Air pada tanah ini kadang – kadang merupkan faktor pembatas.
Kepekaan terhadap bahaya erosi adalah sedang sampai besar. Tanah ini mempunyai sifat – sifat fisik yang sedang sampai baik, sedang sifat kimianya umumnya adalah baik, sehingga nilai produktivitas tanah adalah sedang sampai tinggi.


Sumber : www.garutkab.go.id
Continue Reading

TV Online

Kamis, 22 Maret 2012 | 0 komentar











Selamat Menonton...
Continue Reading

Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Garut

Rabu, 21 Maret 2012 | 0 komentar

Latar Belakang
Sejarah terbentuknya Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendels dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Pebruari 1813, Letnan Gubernur di Indonesia yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (Saat ini kampung tersebut bernama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih masih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Selain tanahnya subur, tempat tersebut memiliki mata air yang mengalir ke Sungai Cimanuk serta pemandangannya indah dikelilingi gunung, seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Talaga Bodas dan Gunung Karacak.
Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Dalam rombongan panitia, turut pula seorang Eropa yang ikut membenahi atau "ngabaladah" tempat tersebut. Begitu melihat tangan salah seorang panitia tersebut berdarah, langsung bertanya : "Mengapa berdarah?" Orang yang tergores menjawab, tangannya kakarut. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut".
Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut". (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SLTPI, SLTPII, dan SLTP IV Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan.
Pada tanggal 15 September 1813 dilakukan peletakkan batu pertama pembangunan sarana dan prasarana ibukota, seperti tempat tinggal, pendopo, kantor asisten residen, mesjid, dan alun-alun. Di depan pendopo, antara alun-alun dengan pendopo terdapat "Babancong" tempat Bupati beserta pejabat pemerintahan lainnya menyampaikan pidato di depan publik. Setelah tempat-tempat tadi selesai dibangun, Ibu Kota Kabupaten Limbangan pindah dari Suci ke Garut sekitar Tahun 1821. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal No: 60 tertanggal 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut dan beribu kota Garut pada tanggal 1 Juli 1913. Pada waktu itu, Bupati yang sedang menjabat adalah RAA Wiratanudatar (1871-1915). Kota Garut pada saat itu meliputi tiga desa, yakni Desa Kota Kulon, Desa Kota Wetan, dan Desa Margawati. Kabupaten Garut meliputi Distrik-distrik Garut, Bayongbong, Cibatu, Tarogong, Leles, Balubur Limbangan, Cikajang, Bungbulang dan Pameungpeuk.
Pada tahun 1915, RAA Wiratanudatar digantikan oleh keponakannya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929). Pada masa pemerintahannya tepatnya tanggal 14 Agustus 1925, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, Kabupaten Garut disahkan menjadi daerah pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom). Wewenang yang bersifat otonom berhak dijalankan Kabupaten Garut dalam beberapa hal, yakni berhubungan dengan masalah pemeliharaan jalan-jalan, jembatan-jembatan, kebersihan, dan poliklinik. Selama periode 1930-1942, Bupati yang menjabat di Kabupaten Garut adalah Adipati Moh. Musa Suria Kartalegawa. Ia diangkat menjadi Bupati Kabupaten Garut pada tahun 1929 menggantikan ayahnya Adipati Suria Karta Legawa (1915-1929).

Perkembangan Kabupaten Garut
Sampai tahun 1960-an, perkembangan fisik Kota Garut dibagi menjadi tiga periode, yakni pertama (1813-1920) berkembang secara linear. Pada masa itu di Kota Garut banyak didirikan bangunan oleh Pemerintah Kolonial Belanda untuk kepentingan pemerintahan, berinvestasi dalam usaha perkebunan, penggalian sumber mineral dan objek wisata. Pembangunan pemukiman penduduk, terutama disekitar alun-alun dan memanjang ke arah Timur sepanjang jalan Societeit Straat.
Periode kedua (1920-1940), Kota Garut berkembang secara konsentris. Perubahan itu terjadi karena pada periode pertama diberikan proyek pelayanan bagi penduduk. Wajah tatakota mulai berubah dengan berdirinya beberapa fasilitas kota, seperti stasiun kereta api, kantor pos, apotek, sekolah, hotel, pertokoan (milik orang Cina, Jepang, India dan Eropa) serta pasar.
Periode ketiga (1940-1960-an), perkembangan Kota Garut cenderung mengikuti teori inti berganda. Perkembangan ini bisa dilihat pada zona-zona perdagangan, pendidikan, pemukiman dan pertumbuhan penduduk.

Keadaan Umum Kabupaten Garut
Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut.
Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut.
Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat pariwisata.

Penetapan Hari Jadi Garut
Sebagaimana sudah disepakati sejak awal, semua kalangan masyarakat Garut telah menerima bahwa hari jadi Garut bukan jatuh pada tanggal 17 Mei 1913 yaitu saat penggantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut, tetapi pada saat kawasan kota Garut mulai dibuka dan dibangun sarana prasarana sebagai persiapan ibukota Kabupaten Limbangan. Oleh karena itu, mulai tahun 1963 Hari Jadi Garut diperingati setiap tanggal 15 September berdasarkan temuan Tim Pencari Fakta Sejarah yang mengacu tanggal 15 September 1813 tersebut pada tulisan yang tertera di jembatan Leuwidaun sebelum direnovasi. Namun keyakinan masyarakat terhadap dasar pengambilan hari jadi Garut pun berubah. Dalam PERDA Kab. DT II Garut No. 11 Tahun 1981 tentang Penetapan Hari Jadi Garut yang diundangkan dalam Lembaran Daerah pada tanggal 30 Januari 1982, dinyatakan bahwa Hari Jadi Garut dipandang lebih tepat pada Tanggal 17 Maret 1813.
Penelusuran hari jadi Garut berpijak pada pertanyaan kapan pertama kali muncul istilah “Garut”. Seperti dijelaskan dalam Latar Belakang di atas, bahwa ungkapan itu muncul saat “ngabaladah” dalam mencari tempat untuk ibukota Kabupaten Limbangan yang diperintahkan R.A.A Adiwijaya sebagai Bupati yang dilantik pada tanggal 16 Februari 1813. Fakta tentang Jembatan Leuwidaun yang peletakkan batu pertamanya adalah tanggal 15 September 1918 juga tetap diperhitungkan. Dengan demikian, asal mula tercetus kata “Garut” adalah diyakini berada pada sebuah hari antara 16 Februari 1813 s.d. 15 September 1918.
Dari berbagai penelusuran diketahui bahwa Bupati Adiwijaya dalam membuat kebijakan selalu meminta fatwa dari sesepuh yang diduga berkebudayaan Islam karena Suci berada di sekitar Godog, makam tokoh penyebar agama Islam. Bersumber pada tradisi tata perhitungan waktu masyarakat, diperkirakan bahwa panitia yang “ngabaladah” ibukota diperintahkan pada bulan Mulud sebagai bulan yang dianggap baik pada waktu itu. “Ngabaladah” tidak mungkin dilakukan pada tanggal 1 Mulud karena kepercayaan orang Sunda pada waktu itu adalah bahwa hari baik jatuh pada saat bulan purnama antara 12-14 Mulud. Karena, 12 Mulud dianggap sebagai hari puncak peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, maka yang paling diiyakini memungkinkan untuk “ngabaladah” adalah tanggal 14 Mulud. Menurut perhitungan waktu karya Roofer, hasil konversi tanggal 14 Mulud 1228 Hijriyah itu adalah tanggal 17 Maret 1913.

Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan DenHarD - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger